@wennyg
sinner that saved by JESUS
Pantai Bukit Berahu, Belitung
   
 
 
POSTS

Share via :  

Menikah : Seni Mengalah



Beberapa pekan jelang menikah, saya yang kala itu masih berusia 22 tahun, meguru pada ibu. Apa yang perlu dilakukan agar pernikahan berjalan damai?

Ibu menjawab tanpa berpikir panjang. Seolah pertanyaan yang saya ajukan se sepele resep sayur lodeh.

"Nikah ki yo anggere wani ngalah.." (Nikah itu pokoknya berani mengalah)

Dua kata yang menggedor batin saya: BERANI dan MENGALAH

Kata BERANI biasanya disandingkan dengan hal yang berat, bahkan horor. "Berani mati" misalnya. Tapi ibu menyandingkan kata itu dengan MENGALAH. Saya mulai memahaminya sebagai tugas berat, yang tidak semua orang mau dan mampu menjalankannya.

Mengalah

Dan ini yang pada akhirnya saya jumpai, lalu saya pelajari dari lelaki yang sejak 18 tahun lalu saya dapati memiliki kepribadian baik.

Saat pernikahan masih serba kekurangan, dia akan lebih dulu mengambil piring plastik agar saya bisa menggunakan piring beling.

Saat anak belum lulus toilet training, dia yang akan bangun di tengah malam untuk menatur si kecil, padahal yang anak panggil saat itu adalah ibunya.

Saat makan di luar, dia akan makan dengan terburu-buru agar bisa cepat bergantian menggendong si kecil. Demi kuah bakso di mangkok saya tidak keburu dingin.

Saat mendapati satu bacaan yang menarik, dan saya tertarik, dia akan mengangsurkan bacaan itu. "Bacalah lebih dulu. Aku sudah selesai"

Saat memasak dan jumlah masakan itu terbatas. Bukan saya yang menyisihkan untuk bagiannya, tapi dia yang akan mengambilkan lebih dulu untuk saya, dalam jumlah yang lebih banyak darinya. "Aku sudah kenyang.." dan saya tahu itu bohong.

Saat ada sepotong roti, dia akan membaginya tidak sama besar. Tapi saya yang lebih besar. "Kamu kan menyusui. Butuh lebih banyak kalori.." dan kami akan berdebat panjang, lalu diakhiri dengan saya tidak akan memakan bagian yang besar itu sampai dia tarik kembali agar beratnya sepadan.

Saat saya akan memakai kamar mandi belakang (yang ukurannya lebih kecil dari kamar mandi depan) dia yang sedang berada di kamar mandi depan segera keluar dan meminta saya menempatinya. "Aku di belakang aja. Nanti kamu kaget kalau banyak kecoa.."

Saat saya marah, meski kemarahan itu tidak masuk akal, dia yang mendekat, mengangsurkan tangan dan meminta maaf. Padahal masalah sebenarnya pun belum terang ia cerna.

Ini akhlak. Ini ngalah. Dan ini cinta

Entah bagaimana caranya dia tidak bosan mengalah, dan tidak pula berdendang "Mengapa s???lalu aku yang mengalah.."

Enteng saja dia menjalani itu. Ikhlas saja. Senang-senang saja. Tapi dampaknya sangat besar buat saya.

Apa itu? Penghormatan, penghargaan, dan respek.

Untuk segi kematangan emosional, saya tertatih-tatih di belakangnya. Marah dan mau menang sendiri, selalu menjadi bagian saya.

Tapi sikap ngalah yang dia tunjukkan, lambat laun jadi mematangkan emosi itu. Sekaligus membuat saya juga jadi ingin mengalah. Ngalah untuk tidak memancing sikap ngalahnya, yang saya rasa sudah berlebihan dia beri pada saya.

Ya..ya.. pernikahan memang selaiknya menjadi hubungan yang take and give. Saling memberi saling menerima. Saling menutupi dan memahami.

Tentu jika hanya satu pihak saja yang terus mengalah, dan pihak yang lain memanfaatkan sikap ngalah itu, kedamaian hanya jadi angan. Karena pasti ada bom waktu di balik sikap ngalah itu.

Namun mengalah adalah seni untuk memenangkan hati pasangan. Dan pasangan yang baik (baca: tahu diri) pasti akan menyambut sikap ngalah ini dengan suka cita, kesyukuran, lalu menghargai usaha dari pasangannya.

Mungkin ini yang membuat ibu menjawab "ngalah" sebagai kunci kedamaian berumah tangga.

***

Dan kini saya pun bertanya padanya, si lelaki pengalah itu. "Mengapa kamu selalu mengalah padaku?"

Jawabannya sederhana saja. Se-sederhana resep sayur lodeh:

"Aku tidak pernah merasa ngalah. Yang aku lakukan hanyalah menjaga agar kita tidak pernah terpecah belah.."

Untukmu yang berani mengalah,
Wulan Darmanto

Sumber : https://www.facebook.com/wulan.darmanto/posts/10207120229584291


 

#Quote
Share via :  
 

last update : 23 Jul 2016
 

 
nge-bakmi cara pandemi
Yups.... nge-bakmi yang dibilang buat sendiri ngak juga, tapi tetep nge-rebus sendiri....
 
 
 
All Post

 
RT @michaelwsmith: Peace I leave with you... - John 14:27 #GodsWord https://t.co/x9nEVUJu5S
read more
 
RT @SidMohede: Here's my daily reminder & fave quote from Mother Teresa. Be blessed, friends! #LifeAdvice https://t.co/Ci8PBbHZ0i
read more
 
...done for today....
#lumayanBuanginLemak #besokMartabakLagi
read more
 
...dimana-mana orang dinner pake nasi, gue pake kue alias NYEMIL ???????? ...makasih yee @flavorhomeyyummy ..enak looh...
read more
 
...pas gue pulang
...pas abang lewat
Cocok banggg.... and one is never enough...
KUE RANGI ....dengan goceng seporsi hati senang
read more
 
....cukup buka apps @gojekindonesia ...dipilih dan kemudian di order....
so this is it ... martabak telor 'Spesial Mix Super' dari @pinkyporkymartabak dengan isi daging babi, bacon, smoked ham, sosis, lapchiong dan chasiu.... lengkap semuah dah... #kapanDietnya
read more
 
PEPeNERO
Hari ini menu jadi bule.... makasih @julee_fnd and alana....ngak lupa makasih juga buat bapake yaaa @dhanie79 ... again...Happy Birthday for both of you.... ????????
read more
 
...sarapan tadi dengan bakmi lagiii.... kenapa susah bosen dengan bakmi ya?? ????????
read more
 
...mari kembali ke jalan yang benar... #halah #biarSehat
read more
 
RT @JoyceMeyer: https://t.co/gGE35T1j7Q
read more
 
...serius depan komputer tidak membuat gue ngak denger suara di depan..... SIOMAY.... Aah si ngko ganggu konsen gue aja.... kan gue jadi makan...
read more
 
....lapar, maka saya makan...sayang rasanya kurang mantep...
read more
 
prev next

 
 

 


Less than 50 minutes...

Yups... kurang dari 50 menit, tidak sampai 1 jam ... Waktu 1 jam, jika untuk ngobrol sama teman akan terasa cepat waktu berjalan.... untuk renang non stop, mungkin akan terasa lelah karena olah raga... tapi bagaimana waktu kita jika dipakai untuk ngobrol sama TUHAN ?
 
read more